Ridha tidak tertarik pada sekolah tersebut, setahun kemudian dia pindah kesekolah Islam negeri yang merupakan sekolah terbaik pada saat itu dengan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar, disamping diajarkan pula bahasa Turki dan Prancis.
Setelah selesai dalam pengasingannya pada tahun 1888 ia segera kembali ke Kairo atas bantuan dari teman-teman sejawatnya, dan di sini semangat jihadnya diwujudkan dengan memanfaatkan jabatan-jabatan yang diterimanya untuk melakukan upaya-upaya pembaharuan dalam berbagai problema dan bidang kehidupan.
Terlebih-lebih bagi umat Islam yang selalu tertipu oleh siasat penguasa atau kekuatan asing yang menggunakan sentimen keagamaan dan memperalat alim-ulama yang menjadi pembantunya.